Tower Crane: Pengertian, Jenis, Cara Pemasangan, dan Asuransi Terbaik
Penggunaan alat berat adalah hal yang sangat umum dalam dunia konstruksi. Alasannya karena luasnya medan pekerjaan di bidang konstruksi. Dengan bantuan alat-alat berat tersebut, pekerjaan diharapkan menjadi lebih mudah dan cepat selesai.
Salah satu alat berat yang sering digunakan adalah crane tower. Crane yang dipakai saat ini awalnya terbuat dari kayu sebelum akhirnya dibuat dari besi dan baja. Apa itu tower crane, bagaimana cara pemasangan tower crane, dan informasi lengkapnya akan dibahas pada artikel berikut ini.
Pengertian Tower Crane

Tower crane adalah salah satu alat berat yang digunakan untuk memindahkan maupun mengangkat material, baik secara vertikal dan horizontal. Alat ini bentuknya menyerupai huruf L terbalik. Sering kali ditemukan di dalam proyek konstruksi, khususnya pembangunan gedung-gedung tinggi.
Tinggi crane tower bisa mencapai 80 meter. Tingginya dapat diatur sesuai kebutuhan pembangunan. Semakin tinggi suatu gedung yang ingin dibangun, maka semakin tinggi pula crane tower yang digunakan.
Daya angkat maksimumnya adalah 18 ton. Tapi, perlu diketahui bahwa beban seberat ini tidak boleh diposisikan di ujung jib. Justru semakin berat beban yang ingin diangkat, harus semakin dekat pula posisinya dengan tiang tower agar pengangkatan beban menjadi aman.
Pembebanan dalam tower crane menggunakan prinsip 300 tonne-meter. Artinya adalah apabila beban yang ingin diangkat letaknya 30 meter dari tiang, maka berat beban yang boleh diangkat adalah 10 ton. Apabila letak beban 50 meter dari tiang, maka berat beban yang boleh diangkat sebesar 6 ton saja.
Fungsi Tower Crane
Seperti yang sudah disebutkan pada poin sebelumnya, fungsi tower crane adalah untuk mengangkat dan memindahkan material ke gedung-gedung tinggi. Material tersebut dapat berupa multiplek, besi, beton, pelat lantai, kolam, atau pengecoran balok. Proses pemindahan perlu dilakukan secara hati-hati, khususnya dalam pengecoran, sehingga penuangan adonan semen dapat dilakukan tepat sasaran.
Jenis-jenis Tower Crane
Penggunaan tower crane dipercaya akan memudahkan pekerjaan konstruksi. Adapun jenis-jenis tower crane yang sering digunakan, antara lain.
1. Rail Mounted Tower Crane
Jenis yang pertama adalah rail mounted tower crane. Bagian bawah pada tower ini dipasang pada rel dan dapat berjalan pada bagian yang sudah disusun sesuai jalur. Cara kerjanya lebih praktis dibandingkan tower crane statis, tapi penggunaannya kurang direkomendasikan karena terlalu tinggi.
2. Tied-in Tower Crane
Tinggi tower crane yang satu ini adalah 200 meter, dan sering digunakan pada bangunan yang ketinggiannya kurang dari 100 meter. Tower ini memiliki ciri khas pada bagian mast section-nya. Pengait pada tower terbuat dari besi baja yang kemudian diikatkan pada struktur bangunan untuk mengurangi goncangan akibat terpaan angin pada tower crane.
3. Free Standing Tower Crane
Merupakan jenis crane yang paling sering digunakan dalam dunia konstruksi. Kelebihan tower ini adalah membuat waktu pembongkaran dan pemasangan menjadi lebih cepat. Sayangnya, penggunaan tower hanya diperbolehkan sampai ketinggian 100 meter saja.
Baca Juga: Dump Truck: Cara Kerja, Jenis, dan Kelebihannya
Bagian-bagian Tower Crane
Tower crane memiliki bagian tertentu dengan fungsinya masing-masing. Adapun bagian tower crane yang perlu diketahui, di antaranya.
1. Base Station
Merupakan bagian dasar crane yang dibuat dengan 4 kaki penopang yang ditanam atau di cor di tanah. Pondasi berfungsi sebagai penahan beban agar tower crane tidak jatuh. Maka, material pembuatnya harus kuat agar tidak mengganggu pekerjaan konstruksi.
2. Mast Section
Merupakan rangkaian dari beberapa bagian yang menjadi tiang tower crane itu sendiri. Bagian ini bentuknya vertikal yang tingginya dapat diatur sesuai ketinggian bangunan. Pada bagian vertikal terdapat tangga yang biasa digunakan oleh operator crane untuk naik ke atas dan mengoperasikan crane sesuai kebutuhan.
3. Slewing
Letaknya ada di bagian atas mast section. Fungsinya adalah untuk memutar bagian atas tower crane hingga 360 derajat. Tombol kendali slewing bisa ditemukan pada bagian handle di kabin kontrol.
4. Counter Jib
Disebut juga sebagai counter balance, karena fungsinya untuk menyeimbangkan antara tower crane dan tie bar. Di dalamnya terdapat imbangan berat (counter weight) yang diisi beban agar bagian jib (boom) bergerak seimbang. Massa atau beban yang dipasang telah melalui proses perencanaan dan perhitungan terlebih dahulu.
5. Jib
Jib crane merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan motor trolley dan hoist. Bagian ini adalah rel yang dilengkapi dengan kaitan hoist crane untuk mengangkat beban. Terdapat dua jenis bagian jib, yaitu:
- Saddle jib, yaitu jib yang memiliki instalasi 90 derajat pada tiang crane.
- Luffing jib, yaitu jib yang dirangkai dengan sudut lebih dari 90 derajat saat proses instalasi dilakukan.
6. Tower Top
Bagian ini terdiri dari kepala cad dan kabin kontrol yang menjadi tempat bagi operator crane untuk mengoperasikan tower crane. Semua pergerakan pada tower crane ada pada bagian ini. Di dalam kabin kontrol biasanya terdapat kursi, tombol, dan dua buah handle yang memiliki fungsi berbeda, yaitu:
- Menurunkan dan mengangkat hoist
- Memutar motor slewing
- Menggeser motor trolley, baik maju maupun mundur
Cara Pemasangan Tower Crane

Cara pemasangan tower crane dimulai dengan melakukan penanaman base station dan pengecoran. Setelah kering, mast section dipasang hingga mencapai ketinggian tertentu. Diikuti dengan pemasangan bagian lainnya, seperti counter jib, kabiin kontrol, trolley, dan lain sebagainya.
Sementara untuk cara kerja tower crane dibagi ke dalam beberapa pergerakan, di antaranya:
- Lifting, yaitu mengangkat beban dari bagian dasar ke atas
- Trolleying, yaitu perpindahan trolley secara horizontal
- Slewing, yaitu rotasi yang terjadi pada poros mesin slewing
Risiko Operasional Tower Crane
Pengoperasiaon tower crane tidak sembarangan. Tak heran apabila perusahaan sering membuka lowongan kerja operator tower crane untuk memastikan alat ini digunakan dengan baik dan benar. Dengan demikian, risiko operasional yang sifatnya fatal dapat diminimalisir.
Berbicara mengenai risiko, terdapat tiga risiko utama operasional tower crane, di antaranya.
1. Risiko Listrik
Hampir 50 persen dari kecelakaan tower crane yang terjadi bersumber dari kontak listrik yang memenuhi crane tower. Kontak listrik terjadi saat crane ingin memindahkan material yang ada di dekatnya, di bagian bawah saluran listrik, atau garis hoist yang menyentuh salah satunya. Bahayanya tidak hanya menimpa operator saja, tapi juga karyawan lain di sekitar.
Penting bagi operator untuk mempertimbangkan saluran listrik yang terhubung sebelum mulai mengoperasikan crane. Operator juga perlu menjaga kecepatan kerja saat berada di zona listrik. Dengan demikian, tidak ada pihak manapun yang dirugikan saat pengorasian crane.
2. Overloading
Sekitar 80 persen dari kegagalan struktural operasional crane terjadi karena overload. Ketika beban yang diangkat lebih berat, crane akan mengalami kerusakan ireversibel. Kelebihan berat tidak hanya terjadi saat material yang diangkat di luar kapasitas seharusnya, tapi juga saat komponen yang digunakan rusak dan kebiasaan menyeret beban.
Penting agar operator crane mengetahui kapasitas masing-masing crane yang ingin digunakan. Dibutuhkan pelatihan khusus untuk hal ini. Jika tidak memenuhi syarat, maka operator sebaiknya tidak diperbolehkan untuk mengoperasikan crane guna mengurangi bahaya yang mungkin terjadi.
3. Material Jatuh
Operator yang memiliki gangguan penglihatan, terjadinya dua-blocking, tergelincir, dan kegagalan mekanis dapat menyebabkan material jatuh. Fatalnya adalah menyebabkan cedera serius hingga kematian. Risiko material jatuh terjadi hampir 20 persen saat pengoperasian crane.
Selain melatih operator dalam mengoperasikan crane, risiko yang satu ini dapat dicegah dengan cara melakukan perawatan hoist secara teratur. Operator perlu memeriksa seluruh komponen dan bagian crane sebelum dioperasikan. Jika ada bagian yang rusak, maka perlu diperbaiki untuk menghindari bahaya serius.
Asuransi Perlindungan Tower Crane Terbaik
Selain berisiko tinggi, alat-alat berat seperti tower crane dibanderol dengan harga yang mahal. Perusahaan memerlukan asuransi untuk melindungi alat-alat berat. Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka perusahaan asuransi akan memberikan ganti rugi yang maksimal.
Salah satu asuransi yang direkomendasikan adalah Contractor’s Plant and Equipment (CPE). Asuransi ini menjamin semua risiko kerusakan atau kerugian fisik yang muncul akibat pengoperasian crane. Polis CPE memberikan jaminan saat alat-alat berat sedang bekerja, sedang diam, maupun saat dibongkar saat perawatan dilakukan.
Manfaat dalam asuransi jenis CPE, di antaranya:
- Jaminan kebakaran, disambar petir, akibat ledakan, kejatuhan pesawat, dan asap
- Jaminan kerusuhan, pemogokan, dan huru-hara
- Jaminan angin topan, banjir, badai, dan kerusakan akibat air
- Jaminan bencana alam, seperti tanah longsor, tsunami, gempa bumi, dan letusan gunung berapi
- Jaminan atas perampokan atau pencurian
- Jaminan akibat kelalaian atau kesalahan dalam pengoperasian
Sementara pengecualian dari manfaat asuransi CPE, antara lain:
- Kerusakan elektrik, ledakan boiler
- Penggantian bagian-bagian crane
- Kerusakan akibat aus atau korosi
- Perang, terorisme, atau ledakan nuklir
- Kerusakan yang masih dalam garansi
- Kerusakan yang disengaja
Tempatkan Tower Crane di Tempat yang Efektif
Bahaya operasional crane sering terjadi di dunia konstruksi. Maka dari itu, crane perlu ditempatkan pada tempat yang efektif untuk mengurangi sejumlah bahaya maupun risiko yang mungkin terjadi saat pengoperasian. Misalnya, di tempat yang menjangkau seluruh area bangunan dengan minimal luas sebesar 10 meter.
Dapatkan produk asuransi yang menawarkan perlindungan terbaik untuk alat-alat berat sebagai aset bisnis yang berharga dengan mengisi form dibawah ini.
2 comments
Comments are closed.